Jelajah Karang Anyar

gambar foto satelit kawasan Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.

(klik gambar untuk memperbesar / click picture to enlarge)


MENINJAU LINGKUNGAN HIDUP DAN TATA RUANG

KABUPATEN KARANG ANYAR


Kabupaten Karang Anyar yang berada di wilayah pegunungan Lawu adalah salah satu daerah hulu yang menjadi pemasok air utama bagi aliran sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo ini menjadi tumpuan kehidupan masyarakat sepanjang alur alirannya, sampai hilir dan muaranya di Jawa Timur. Namun fluktuasi debit air sungai ini menjadi semakin kontras beberapa tahun terakhir ini. Pada waktu musim hujan airnya sangat deras, bahkan meluap di beberapa tempat, namun menjadi menyusut pada musim kemarau.

Jika ditelusuri ke daerah hulu, ternyata dapat diketahui bahwa lingkungan hidup Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo sedang dalam kondisi kritis. Banyak lahan kritis yang tidak termanfaatkan, maupun lahan yang kritis karena cara pengelolaan pertanian yang tidak benar. Serta kawasan hutan konservasi alam sebagai penjaga ketersedaan air yang semakin terdesak oleh pertambahan penduduk, pemukiman dan pertanian masyarakat.

Penghijauan di kawasan lereng Pegunungan Lawu, mendesak untuk dilakukan yang meliputi 10 kecamatan (Jenawi, Kerjo, Ngargoyoso, Tawang Mangu, Karang Pandan, Jatiyoso, Jatipuro, Matesih, Jumapolo dan Jumantono). Dengan prioritas dalam usaha perlindungan dan konservasi alam hayati, serta reboisasi skala besar dilakukan di empat kecamatan (Jenawi, Ngargoyoso, Tawang Mangu, dan Jatiyoso).

Dalam melaksanakan hal ini, adalah sangat bijak jika disertai dialog dan saling pengertian antarwarga. Tanpa alam yang lestari, maka masyarakat pun pada suatu saat nanti akan menuai kerugian, yaitu berkurangnya persediaan air permukaan, dan menurunnya kesuburan tanah. Yang menjadi pertanyaan saat ini, apakah masyarakat telah dan sedang menuai kerugian akibat perusakan alam?


Cara Pengelolaan Pertanian

Pertanian adalah pondasi sekaligus puncak representasi kehidupan manusia. Jadi pembangunan pertanian harus berbanding lurus dengan kelestarian alam. Sedangkan kelestarian alam berkorelasi langsung dengan ketersediaan air. Sedangkan ketersediaan air berkorelasi langsung dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan penduduk yang bergerak di bidang pertanian berkorelasi langsung dengan kurangnya ketersediaan air tersebut.

Diperlukan usaha untuk memperbesar debit air di mata air yang sekarang ada, menghidupkan kembali mata air yang mengering terutama yang disebabkan oleh penebangan pohon secara liar, memperbanyak sumber mata air yaitu menciptakan sumber mata air baru, menjaga kestabilan sekaligus meningkatkan ketersediaan sumber air tanah dangkal (sumur tradisional). Semuanya itu memakai cara yang sama, yaitu PENGHIJAUAN. Terutama menanam tanaman yang ‘memproduksi’ air (istilah untuk tanaman yang dapat ______________________________________________________________________________________________________

Keningratan sejati tidak terletak pada status keturunan, tetapi pada kadar karaat sikap. Sikap yang sadar tentang perikemanusiaan dan bakat martabat manusiawi yang mengatasi nafsu atau kesenangan alami belaka. Keningratan sejati memperkembangkan dan memuliakan kehidupan.”


mengikat air dalam tanah dan memunculkan air yang disebut mata air, sekaligus bisa menahan tanah, antara lain pohon Beringin, Bulu, Karet Munding (seperti yang ada di halaman Balai Kota Solo), Gayam, Flamboyan, Puspo, Sukun, Rasamala, Johar, Turi, Mahoni dan Sono. Namun dihindari untuk terlalu banyak menanam sengon, pinus, dan eucalyptus, karena tanaman ini adalah tanaman rakus air.

Penanaman pohon ini terutama di lahan yang kemiringannya curam, di dasar lembah, dan di punggungan bukit, atau alur pegunungan. Tanaman itu dapat ditumpangsarikan dengan tanaman buah di sekitarnya yang bertajuk besar, seperti mangga, durian, sawo kecik, sukun, pala, jambu mete, duwet dan jengkol. Dan di antara tanaman buah ini, masyarakat dapat menanam tanaman bertajuk rendah dan sayuran.

Cara pengelolaan pertanian dan perkebunan yang harus diubah. Ada fenomena yang memprihatinkan. Yaitu berkurangnya kesuburan tanah di lahan yang ada saat ini menyebabkan ada sebagian masyarakat yang berusaha membuka lahan baru, yang sebenarnya tidak dapat dibenarkan secara hukum karena melanggar batas lahan konservasi, serta tidak dapat dibenarkan secara ilmiah, karena membuka lahan di lahan berkontur curam, bahkan sangat curam (berkemiringan lebih dari 45 derajat). Maka seharusnya lahan pertanian yang ada sekarang, harus dikelola dengan lebih baik dan maksimal lagi. Karena berkurangnya kesuburan lahan pertanian, menandakan tidak baiknya cara pengelolaan usaha pertanian.

Contoh lahan yang perlu ditumpangsarikan adalah lahan kebun cengkeh di Jatiyoso, di mana di bawah tajuk pohonnya dibiarkan menganggur, padahal masih sangat memungkinkan untuk ditanami palawija. Juga lahan sayur di sekitar candi Sukuh, yang berkemiringan cukup curam (sekitar 45 derajat). Hal ini sangat merugikan secara ekologi, karena terjadi erosi yang akan menyebabkan kesuburan tanah menurun drastis, dan akan menjadi lahan berdebu pada musim kemarau, karena masih mengandalkan hujan sebagai penyedia air utamanya. Seharusnya yang menjadi tanaman pokok adalah tanaman perkebunan yang berkayu dan menahun, seperti cengkeh, kayu manis, pala, kopi. Kemudian di bawah tajuk pohon-pohon tadi, dapat ditumpangarikan dengan sayur mayur. Dengan tumpang sari tanaman perkebunan dengan sayur mayur, akan menggandakan hasil, juga menjaga kesuburan tanah dan mencegah erosi.

Sekaligus mendidik mental dan sikap petani supaya tidak mabuk kesenangan dan berfoya-foya saat panen raya, dan harga komoditas melambung, namun menabung untuk hari depan, juga tak kalah pentingnya berinvestasi untuk memperluas cakupan kerja, meningkatkan pengetahuan pengelolaan pertanian dan menganekaragamkan jenis komoditas, sampai ke strategi pemasaran produk, supaya tidak selalu tergantung sepenuhnya pada pengepul atau tengkulak nakal yang sembarangan mempermainkan harga. Juga terintegrasi dengan pemberian subsidi pertanian dan perlindungan harga, demi kesejahteraan petani.

Adalah suatu keniscayaan, bahwa semakin majunya sektor pertanian, maka akan kembali menarik minat masyarakat untuk bekerja di sektor ini, sehingga mengurangi pengangguran dan mengurangi

_____________________________________________________________________________________________________

Semogalah Anda menjadi pengabdi kemanusiaan, dan bukan pengabdi suatu korupsi atau pihak kepentingan. Sebab, manusia dan makhluk-makhluk hidup sebenarnya komputer juga, yang mampu untuk menghimpun, menghitung dan mempertimbangkan sekian banyak faktor dan variabel. Komputer bertanggung jawab kepada yang memberi perintah dan memberi model pola perhitungan. Kita pun bertanggung jawab kepada sang Pemberi Model yang mahaarif.”


ketergantungan pada sektor industri yang fluktuatif. Dengan tingginya pengetahuan dan keterampilan pertanian, maka diharapkan di samping meningkatkan hasil pertanian, juga dapat mengembangkannya di daerah lain, misalnya melalui transmigrasi. Tentu saja keputusan memilih transmigrasi yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan dan pengalaman tadi, bukan karena kepepet atau terpaksa.

Kurangnya penyuluh pertanian di 4 J (Jumantono, Jumapolo, Jatipuro dan Jatiyoso), di kecamatan Jatiyoso hanya dilayani 2 orang penyuluh saja. Dengan kualitas kepemimpinan dan kepedulian yang tinggi dari jajaran Pemkab, diharapkan peningkatan kualitas pengelolaan pertanian di Kabupaten Karang Anyar dapat meningkat, sehingga akan meningkatkan hasil pertanian, baik secara kualitas mapupun kuantitasnya.


Peletakan Lokasi Industri


Kegiatan industri yang menjamur di Kabupaten Karang Anyar, sedikit banyak memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya tentu saja meningkatkan PAD, terserapnya tenaga kerja, dan

kegiatan ekonomi masyarakat sekitar pabrik yang ikut terpacu. Namun harus diperhatikan pula dampak

negatifnya, yaitu limbah pabrik yang mengotori lingkungan, serta berimbas buruk pada sektor pertanian yang menggunakan air sungai yang telah tercemar, sehingga menghambat kegiatan ekonomi pertanian itu.. Dan tata ruang yang kurang konsisten dalam pelaksanaannya, sehingga mengurangi lahan subur yang seharusnya menjadi andalan sektor pertanian, kepadatan penduduk dan bangunan di sekitar industri yang menyebabkan masalah sosial baru.

Maka seyogyanya untuk membatasi lahan peruntukan untuk pabrik dan perumahan di wilayah yang subur, seperti di kecamatan Colomadu, Jaten dan Kebak Kramat. Dan alihkan kegiatan industri pada lahan yang kurang subur, seperti di kecamatan Gondang Rejo. Karena bagaimanapun, manusia harus tetap makan dan minum. Serta memperhitungkan biaya pembuatan lahan sawah baru yang sangat mahal saat ini, akibat banyaknya konflik kepentingan dan fungsi yang tercakup.


Kependudukan dan Tata Ruang


Menyikapi limpahan penduduk Solo, dan pertumbuhan penduduk alami. Karang Anyar adalah kota satelitnya Solo, terutama di kecamatan Colomadu, Gondang Rejo dan Jaten. Sehingga tata ruang dan peruntukan lahan harus ditaati dengan ketat dan konsisten. Karena sekali lagi, Karang Anyar adalah salah satu gudang beras dan palawija yang tidak boleh berkurang produksi, ketahanan, dan vitalitasnya. Dengan demikian diharapkan jangan sampai program “intanpari” (industri, pertanian dan pariwisata), hanya salah satu sektornya saja yang berhasil baik, namun mengurangi kemampuan sektor lain untuk berkembang dan berhasil.

_____________________________________________________________________________________________________

Sebab ternyata, Tuhan lebih berkenan memandang kemerdekaan hati pada manusia dengan resiko-dapat-gagal daripada keamanan mekanis automatis yang tanpa resiko. Sebab dalam resiko yang berkemungkinan gagal, justru di situlah dimungkinkan kemerdekaan. Dan memang cinta dalam bentuk apa pun mengandaikan kemerdekaan-plus-risiko-kegagalan itu.”


Bumi yang kita tinggali ini adalah sebuah mahakarya teknologi ciptaan Tuhan. Maka kita harus punya pengetahuan dan melakukan penelitian tentangnya, demi kelestarian bumi, yang berdampak langsung pada kehidupan makhluk hidup terutama kita, manusia di atasnya. Karena bagaimana pun, harga yang harus dibayar dari dampak yag ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan, akan ribuan bahkan jutaan kali lebih besar, daripada keuntungan sesaat (namun semu) yang diperoleh.

Wajah bumi yang dulunya sangat beraneka ragam, mencerminkan kekayaan hayati sekaligus kekayaan kultural serta kearifan lokal masyarakatnya, sekarang menjadi berwajah tunggal-seragam: peralihan fungsi menjadi tanaman budidaya semusim, gundul, terbengkalai tak terurus. Akibat dari desakan kebutuhan yang tidak disertai pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan keadaan mutakhir, serta ditinggalkannya kearifan lokal.

Desa dengan ruang-ruangnya yang tertata khas menjadi kantong-kantong pertumbuhan yang ideal dan sangat potensial bagi kemajuan kesejahteraan masyarakatnya. Desa adalah hasil pemikiran manusia setempat yang sangat sesuai dan kontekstual, sebagai tanggapan atas kondisi alam yang ditempatinya. Dari situ sekelompok manusia yang membentuk desa akan membangun pola sosial, budaya, ekonomi, dan aspek lain secara arif, bermartabat dan berkelanjutan. Dalam era globalisasi ini, seyogyanya kita tidak lagi menganut dikotomi desa – kota. Di mana desa selalu tertinggal daripada kota.

Maka tugas kita untuk selalu memacu pertumbuhan dan kemajuan desa lahir batin, sebagai basis kearifan, kerukunan, dan kelestarian lingkungan hidup. Dari situlah tempat dan iklim yang sesuai untuk mengusahakan kemandirian ekonomi, tata sosial kebudayaan yang mantap, prasojo dan sembodo, penemuan dan penerapan iptek, serta kehidupan yang berkelanjutan. Karena, bagaimanapun, Desa atau Dusun terutama di Jawa, adalah sebuah mahakarya sosial masyarakat lokal.


Pembangunan Desa yang Berkelanjutan

Dalam situs WALHI tentang pembangunan berkelanjutan, dipaparkan bahwa bahwa pembangunan yang berkelanjutan dapat diartikan secara luas sebagai kegiatan-kegiatan di suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di masa sekarang tanpa membahayakan daya dukung sumberdaya bagi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana.

Arus globalisasi yang semakin kuat perlu diimbangi dengan kesadaran bahwa mekanisme pasar tidak selalu mampu memecahkan masalah ketimpangan sumberdaya. Kebijakan pembangunan harus memberi perhatian untuk perlunya menata kembali landasan sistem pengelolaan aset-aset di wilayah pedesaan. Penataan kembali tersebut lebih berupa integrasi kepada pemanfaatan ganda, yaitu ekonomi dan lingkungan/ekosistem. Walaupun wawasan agroekosistem merupakan sesuatu pengelolaan yang kompleks dan rumit, akan tetapi keberhasilannya dapat dilihat dan dirumuskan dengan melihat indikator-indikator antara lain : kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan lokal, kontribusi terhadap keberlanjutan

_______________________________________________________________________________________________

“Kepahlawanan ada dalam hidup sehari-hari, bila tumbuh cinta pengorbanan, mengangkat si Lemah, menolong si Miskin, Menyembuhkan si sakit, menghibur yang remuk dan putus asa.”


penggunaan sumber daya alam, kontribusi terhadap peningkatan lapangan kerja, kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi makro, efektifitas biaya dan kontribusi terhadap kemandirian teknis.

Wibowo mengungkapkan empat aspek umum ciri-ciri spesifik terpenting mengenai konsep agroekosistem. Empat aspek umum tersebut adalah: kemerataan (equitability), keberlanjutan (sustainability), kestabilan (stability) dan produktivitas (productivity). Secara sederhana, equitability merupakan penilaian tentang sejauh mana hasil suatu lingkungan sumberdaya didistribusikan diantara masyarakatnya. Sustainability dapat diberi pengertian sebagai kemampuan sistem sumberdaya mempertahankan produktivitasnya, walaupun menghadapi berbagai kendala. Stability merupakan ukuran tentang sejauh mana produktivitas sumberdaya bebas dari keragaman yang disebabkan oleh fluktuasi faktor lingkungan. Productivity adalah ukuran sumberdaya terhadap hasil fisik atau ekonominya. Dimasa yang akan datang, dalam konteks pembangunan pedesaan yang berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya di desa haruslah dilaksanakan dalam satu pola yang menjamin kelestarian lingkungan hidup, menjaga keseimbangan biologis, memelihara kelestarian dan bahkan memperbaiki kualitas sumberdaya alam sehingga dapat terus diberdayakan, serta menerapkan model pemanfaatan sumberdaya yang efisien.


Kabupaten Karang Anyar, ditinjau dari udara

Keterangan nama kecamatan dalam gambar foto udara


  1. Colomadu

  2. Gondangrejo

  3. Jaten

  4. Kebakkramat

  5. Tasikmadu

  6. Karang Anyar



  1. Mojogedang

  2. Kerjo

  3. Jenawi

  4. Ngargoyoso

  5. Karang Pandan

  6. Matesih


  1. Tawangmangu

  2. Jumantono

  3. Jumapolo

  4. Jatipuro

  5. Jatiyoso



Dalam gambar foto udara (sumber www.maplandia.com tahun 2006, dengan pengolahan oleh penulis), terlihat tutupan hutan ditunjukkan dengan warna hijau tua, dan hanya tersisa di sekitar puncak pegunungan Lawu saja, yaitu di sebagian wilayah Kecamatan Jenawi (9), Ngargoyoso (10), Tawangmangu (13) dan Jatiyoso (17). Tutupan hutan kurang lebih hanya berkisar pada ketinggian tanah di atas 1500 m di atas permukaan laut. Mengarah ke ketinggian tanah yang lebih rendah, masih di wilayah kecamatan-kecamatan tersebut, warna pada gambar foto satelit sudah menunjukkan warna hijau yang memudar menjadi hijau muda. Warna hijau muda menunjukkan lahan-lahan perkebunan. Di beberapa titik ada noda-noda kecoklatan dan kemerahan. Noda berwarna kecoklatan ini adalah ladang-ladang pertanian penduduk yang tampaknya digunakan untuk tanaman semusim, seperti sayur mayur. Sedangkan noda kemerahan menunjukkan pemukiman penduduk, baik berupa desa maupun kota kecil. Diantara nuansa hijau muda itu diselingi bercak-bercak biru yang sejajar alur badan sungai. Warna biru ini menunjukkan daerah pesawahan.

Walaupun dari gambar foto satelit tampak hijau permai, namun jika kita mengunjungnya, tampak

______________________________________________________________________________________________________________________________

Semakin kita memberi, semakin kita kaya. Bila kita memberikan hati, pengorbanan dan segala yang indah pada kita kepada orang lain, terutama kepada yang lemah-miskin, kita tidak akan kurang, tetapi kita akan semakin kaya”... “Para pengabdi rakyat harus sanggup mengidentifikasi diri sepenuh mungkin dengan rakyat, tanpa hanyut ke dalam kebuntuan nasib mereka.” (YB Mangun Wijaya)


sangat memprihatinkan. Dimana banyak lereng-lereng bukit yang curam (dengan kemiringan di atas 45 derajat yang sengaja ditanami dengan tanaman semusim seperti sayur mayor dan palawija lainnya yang perakarannya pendek setelah sebelumnya menebang pepohonan yang menyangga lereng perbukitan itu (sebagaimana terlampir dalam foto kondisi alam Desa Wonorejo, kecamatan Jatiyoso. Foto diambil oleh penulis pada Agustus 2007, pada waktu musim kemarau). Tentu hal ini sangat berbahaya, karena meningkatkan resiko tanah longsor di tempat itu, serta menimbulkan banjir pada wilayah yang lebih rendah, terutama yang dekat dengan alur sungai. Apa lagi pemukiman penduduk dibangun di lembah, di bawah lereng-lereng bukit itu, sehingga berpotensi terkena longsoran sewaktu-waktu, terutama pada musim kemarau. Dengan cara pertanian dan pengelolaan tanah pada lahan seperti itu, tentu akan meningkatkan erosi yang dengan cepat akan menurunkan kesuburan tanah. Seharusnya lahan miring itu diperuntukkan bagi tanaman kehutanan dan atau perkebunan yang berkayu keras dan menahun, yang memiliki perakaran dalam. Selain untuk menyangga tanah, juga untuk menjaga ketersediaan air. Pada Desember lalu, Tawangmangu dan beberapa titik lainnya di Karang Anyar terkena tanah longsor. Kondisi lahan yang longsor sama seperti yang digambarkan di atas. Sedangkan banjir besar Bengawan Solo, antara lain disebabkan oleh penggundulan hutan di daerah hulunya di pegunungan, salah satunya pegunungan Lawu di Karang Anyar.

Mengarah ke bawah lagi, yaitu pada posisi membujur dari utara ke selatan, dari wilayah kecamatan Mojogedang (6), Tasikmadu (5), Karang Anyar (7), Jumantono (14), Jumapolo (15),dan Jatipuro (16), terdapat banyak sekali warna coklat, bahkan mendominasi sebagian wilayah kecamatan. Warna coklat ini menunjukkan tegalan dan lahan kritis yang mengarah pada lahan yang tandus karena kering. Ditanami pun, sepertinya kurang subur. Penulis tidak begitu mengetahui apakah memang daerah ini bercurah hujan sedikit, ataukah memang ada upaya alih fungsi lahan yang kurang mempedulikan kelestarian lingkungan, atau terjadi penebangan pohon secara sembarangan di situ. Atau daerah itu menjadi lahan pertanian, namun dengan cara pengelolaan pertanian dan cara mengolah tanah yang kurang tepat. Padahal lahan yang berwarna coklat ini dapat ditanami kembali menjadi hutan lindung, hutan rakyat, ataupun perkebunan yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman palawija semusim. Manfaatnya banyak sekali, yaitu mengendalikan daur air di kawasan tersebut, sehingga tidak terjadi erosi dan menyebabkan banjir bagi wilayah di bawahnya, juga menjaga ketersediaan air di musim kemarau, serta dapat mengembalikan kesuburan tanah. Apalagi sepertinya daerah itu tidak terdapat saluran irigasi teknis yang memadai bagi usaha tanaman padi.

Turun lagi ke bawah menuju wilayah yang dekat aliran Bengawan Solo di kecamatan Tasikmadu (5), Jaten (3) dan Kebakkramat (4). Di sini diwarnai dengan nuansa kebiruan, yang menunjukkan daerah ini menjadi wilayah pesawahan penghasil beras yang beririgasi teknis, baik dari Bengawan Solo, maupun anak-anak sungainya yang berasal dari Gunung Lawu. Namun di situ juga terdapat bercak-bercak berwarna putih yang menunjukkan lahan pertanian yang sedang dalam kondisi kering. Kemungkinan kering karena memang

_________________________________________________________________________________________________________________

Urip iki ora mung soko sega…Selain hal-hal fisik yang secukupnya, kita sebaiknya mempunyai kekayaan lain yang berasal dari cita-cita, ideal, dan pengorbanan diri.”


dalam masa panen, atau juga bisa jadi tidak mendapat pasokan air sehingga menjadi lahan tidak produktif. Bercak-bercak putih itu juga dapat menunjukkan kawasan industri yang tampaknya semakin menjamur di kawasan subur tersebut.

Kemudian ke wilayah seberang barat Bengawan Solo, yaitu kecamatan Colomadu (1) dan Gondangrejo (2). Wilayah Colomadu menjadi salah satu wilayah utama limpahan kepadatan penduduk Kota Solo, sehingga tampak di gambar foto satelit, warna hijau, biru dan kemerahan tampak mulai berimbang, seiring laju alih fungsi lahan dari pesawahan menjadi pemukiman penduduk dan fasilitas komersial lainnya. Sebenarnya wilayah ini sangat subur bagi pertanian, terutama padi, ditambah lagi sudah mendapat irigasi teknis dan pasokan air relatif stabil sepanjang tahun. Namun kebijakan pemerintah secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi alih fungsi lahan di kawasan ini sehingga menjadi seperti terlihat sekarang. Sedangkan wilayah Gondangrejo didominasi warna kecoklatan dan hijau muda. Menunjukkan banyaknya lahan tegalan di wilayah ini. Hal ini wajar, karena tanah di sini kurang subur, karena merupakan wilayah perbukitan padas yang agak sulit air, sehingga kurang baik untuk pertanian padi. Namun curah hujan di sini cukup baik. Ada baiknya jika wilayah inilah yang menjadi lahan penghijauan tanaman kehutanan, yang bersinergi dengan sentra industri, dan pemukiman penduduk. Sehingga tidak mengurangi lahan tanaman padi dan hasil panenannya di wilayah lain di Karang Anyar.


_____________________________________________________________________________

. “Tetapi sang petani kita ini, dia authentical personal corporation; mulia, agung, bertanggung jawab. Tidak miskin petani itu, siapa bilang. Dia kaya. Tetapi kekayaan harap jangan cuma dihitung dengan uang. Otot-ototnya, kilauan tubuhnya, kesehatannya, jiwa jujurnya, mutu koreografinyatari luwes penuh irama cara ia memikul itu, bahkan capingnya yang berkerucut bidang lengkung matematika Einstein, tidak ada dari semua itu yang diasuransi, tetapi assurance yang tercitra dari dia, kepastian, keyakinan, ah ya, keningratan yang berjiwa kedaulatan rakyat, nah itulah itulah! Ah, lebih tepat: kedaulatan rakyat yang berjiwa ningrat, ya itulah, itulah!” (Y.B. Mangunwijaya)


Kesimpulan

Kabupaten Karang Anyar adalah sebuah wilayah yang sangat potensial bagi tercapainya kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan kondisi alamnya secara geografis yang beragam dari dataran rendah di lembah Bengawan Solo sampai lereng gunung tinggi yang sejuk di Pegunungan Lawu, menciptakan keanekaragaman sumber daya alam yang membawa keanekaragaman daya kreativitas penduduknya dalam berbagai lini perikehidupannya.

Sebagai Kabupaten yang mempunyai wilayah pegunungan, Karang Anyar menjadi hulu dan mata air bagi sungai-sungai yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di dataran yang lebih rendah.

Pengaruh sosial budaya dan demografis juga berpengaruh bagi perkembangan Karang Anyar. Terletak sebagai penyangga Kota Solo, menyebabkan Karang Anyar menjadi dipilih untuk pengembangan lokasi pemukiman dan industri.

Saran

Dengan kondisi alamnya yang beraneka ragam, diperlukan kesiapan penduduk dan pemerintah untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Termasuk yang paling buruk, yaitu bencana alam. Untuk mencegah bencana terjadi dan terulang lagi, diperlukan upaya mitigasi yang terarah dan terpadu dari semua pihak dan masyarakat umum. Kemudian juga diperlukan upaya menyebarkan pengetahuan lingkungan, cara pengelolaan lahan, serta cara bertani yang berwawasan lingkungan. Karena alam adalah sumber kehidupan manusia, maka manusia harus menghormati alam dengan menjaga kelestariannya.

Dengan banyaknya lahan kritis di Karang Anyar, maka upaya penghijauan dengan cara penghutanan kembali maupun menanaminya kembali menjadi lahan perkebunan yang potensial, sudah menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini selain untuk kesejahteraan masyarakat sendiri, juga untuk menjaga kelestarian sumber air, mencegah bencana dan menjaga kesuburan tanah.

Dengan laju pertambahan penduduk, dan sebagai penyangga Kota Solo, diperlukan suatu aturan yang jelas dan diterapkan secara tegas, sehingga tata ruang Karang Anyar tetap berimbang. Menyediakan tempat bagi pemukiman baru, fasilitas komersial, pariwisata dan industri, namun tidak mengurangi keandalan dalam bidang pertanian, serta tetap menjaga kelestarian alam lingkungan hidup. (Ditulis dan disusun oleh Susetyo Basuki. Jika ingin mengutip atau mendownload sebagian atau seluruh bagian tulisan dan atau gambar, harap memberitahu penulis di bazoucka@gmail.com)

* * * * *


Daftar sumber :

www.maplandia.com

www.walhi.or.id

www.wikipedia.org


Komentar

  1. Makasih Informasinya
    Silahkan kunjungi BLOG kami http://h0404055.wordpress.com
    Terdapat artikel yang menarik dan bermanfaat, apabila berkenan tolong silahkan beri komentar
    Salam Kenal dan Terima Kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

contact us on whatsapp

contact us on whatsapp

follow our social media

Postingan Populer