SOS PASURUAN

gambar foto satelit kawasan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

(klik gambar untuk memperbesar / click picture to enlarge)

MENGAPA PASURUAN BANJIR?



Banjir yang melanda hampir semua wilayah pesisir Pasuruan pada 30 dan 31 Januari 2008 kemarin, sungguh hampir tak terduga dan membawa kerugian tak sedikit. Mulai dari wilayah Bangil di barat sampai Rejoso di timur, termasuk Kota Pasuruan tergenang banjir kiriman dari arah hulu. Banjir itu menyebabkan jalur utama Pantura Surabaya - Probolinggo, serta jalur ke Malang terputus. Hal serupa juga dialami jalur kereta api. Bahkan di beberapa wilayah, banjir meruntuhkan jembatan penghubung antardesa.

Secara geografis, Pasuruan dibatasi pegunungan tinggi sebagai batas wilayah kabupatennya. Mulai dari gunung Penanggungan (1653 m), Welirang (3156 m), Arjuno (3339 m) di sisi barat, sampai pegunungan Bromo (2770 m) di sisi selatan. Dari pegunungan itulah, sungai-sungai yang mengaliri wilayah ini berhulu. Misalnya Kali Kedunglarangan dan Weling yang berhulu di gunung Arjuno, serta dan Kali Rejoso yang berhulu di pegunungan Bromo.

Menurut situs resmi Pemkab Pasuruan (www.kabpasuruan.go.id), secara topografis wilayah ini dibagi atas tiga wilayah, yaitu wilayah pesisir dan dataran rendah (0-500 m) sebanyak 67%, wilayah dataran tinggi menengah (500-1000 m) sebanyak 16%, dan wilayah dataran tinggi pegunungan ( > 1000 m) sebanyak 17%.

Dari gambar foto udara yang disertakan (bersumber dari www.maplandia.com, tahun 2006), terlihat bahwa wilayah Kabupaten Pasuruan sebagian sudah didominasi warna kecoklatan, pertanda di situ ada pembukaan lahan. Ada beberapa kemungkinan, misalnya penebangan hutan yang tidak ditanami lagi sehingga menjadi lahan kritis. Dapat pula alih fungsi lahan dari lahan hutan atau perkebunan dengan pohon menahun, menjadi lahan pertanian semusiam, misalnya sayur mayur dan palawija. Wilayah yang berwarna kecoklatan ini terlihat berada di wilayah dataran tinggi menengah, antara lain di sebelah utara pegunungan Bromo, yang mencakup kecamatan Lumbang, Gondangwetan dan Purwosari serta wilayah kecamatan Sukorejo dan Rembang. Sementara itu, lahan di wilayah pesisir dan dataran tinggi menengah banyak beralih fungsi menjadi kawasan industri.

Kemudian di wilayah dataran tinggi pegunungan saat ini banyak terjadi usaha mengalihfungsikan lahan, dari lahan hutan dan perkebunan menahun menjadi lahan non-pertanian, antara lain untuk fasilitas pariwisata, properti, usaha komersial, dan industri. Serta tentu saja lahan hutan dan perkebunan yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian semusim, karena desakan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian yang telah disebutkan tasi, serta akibat pertambahan jumlah penduduk. Ini banyak terjadi antara lain di wilayah Prigen, Purwodadi dan Pasrepan.

Perkerasan di tanah-tanah non-pertanian, dan cara pengolahan tanah serta cara pengelolaan pertanian yang tidak tepat menjadikan air hujan tidak segera terserap ke dalam tanah. Inilah yang menyebabkan cepatnya air hujan mengalir di atas permukaan tanah dan menuju badan-badan sungai secara serentak, dan dalam tempo singkat terkumpullah jumlah massa air yang luar biasa menuju ke dataran yang lebih rendah. Ditambah dengan erosi tanah yang parah, menjadikan air sungai yang mengalir cepat itu menjadi kekuatan yang membahayakan.

Maka segera diperlukan langkah-langkah mitigasi bencana alam banjir dan tanah longsor yang dilakukan secara terpadu dengan usaha penghutanan kembali dan penghijauan lahan. Usaha memperbaiki cara pengelolaan pertanian yang tepat dan berwawasan lingkungan. Usaha pembangunan infrastruktur dan properti yang berwawasan lingkungan, serta penetapan dan pelaksanaan rencana tata ruang yang tegas dan berimbang.

Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan kerja sama semua pihak, antara pemerintah, masyarakat umum, dan kalangan usaha. Dengan wilayah yang cukup luas dan keragaman sumber dayanya, Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi yang besar untuk menyejahterakan masyarakatnya. Maka langkah-langkah perbaikan lingkungan hidup hendaknya segera diambil jika tak ingin Pasuruan menjadi langganan bencana banjir setiap tahunnya yang akan membawa kerugian dan kesengsaraan masyarakat yang lebih besar. (Ditulis oleh Susetyo Basuki. Jika ingin mendownload atau mengutip tulisan dan gambar, mohon beritahu penulis di bazoucka@gmail.com)


* * * * *

Komentar

contact us on whatsapp

contact us on whatsapp

follow our social media

Postingan Populer