MEMERDEKAKAN MANUSIA MERDEKA DI BUMI MERDEKA
Cara pengelolaan lingkungan di negeri kita bersentuhan langsung dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan energi, menuju kesejahteraan rakyat. Bencana alam, terutama yang timbul dari akibat kecerobohan manusia adalah puncak sekaligus berbanding lurus dengan bencana kemanusiaan, yaitu kurangnya kesadaran, pengertian, pemahaman, pola pikir instan, dan budaya KKN.
Seiring dengan kerusakan lingkungan di negeri kita yang makin parah, makin parah pula dampak cuaca yang ditimbulkannya. Kita akan kembali terkena pukulan telak musim kemarau hingga musim hujan tiba. Hal ini terus memberi dampak susulan berupa terancamnya ketersediaan pangan.
Kerusakan lingkungan, khususnya hutan-hutan pada wilayah daerah aliran sungai sebagai reservoir alami, telah menjadikan sungai yang dulu berair stabil sepanjang tahun, sekarang menjadi tempat yang paling membahayakan. Kerusakan lingkungan di Jawa sendiri lebih disebabkan oleh perluasan lahan budi daya pertanian dan alih fungsinya menjadi lahan pemukiman yang tentu saja semuanya itu tanpa perencanaan yang matang, kontekstual dan berkelanjutan. Serta pencemaran oleh limbah akibat aktivitas manusia.
Di luar Jawa terjadi kerusakan lingkungan yang parah, yang lebih diakibatkan oleh eksploitasi hasil hutan untuk dimanfaatkan kayunya atau sengaja dibuka untuk perkebunan dan pertambangan. Inilah yang menyebabkan bencana alam di wilayah yang dalam sejarahnya belum sekalipun pernah terlanda banjir atau tanah longsor. Di samping juga musnahnya potensi keanekaragaman hayati yang merupakan karunia tiada duanya di dunia.
Kerusakan telah pula menjalar ke pulau-pulau kecil. Dengan alasan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka pasir laut di perairan pulau-pulau kecil dikeruk habis-habisan tanpa kendali. Peta Singapura berubah total karena makin luas wilayah daratannya yang sebagian besar berasal dari timbunan pasir laut
Setiap proyek yang melanggar tata sosial dan lingkungan, walaupun telah dilegalkan, akan membawa kerugian menyeluruh untuk jangka panjang di masa mendatang yang berlipat-lipat kali dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Semua produk hukum tampaknya diabaikan, semata untuk keuntungan material yang besar namun semu dan sesaat.
Bumi tempat kita tinggal pada hakikatnya adalah bumi ciptaan Tuhan yang hidup dan merdeka. Kehidupan bumi ini adalah representasi dari sistem, logika, dan mekanisme kekayaan kehidupan hayatinya. Jika alam ini belum merdeka akibat intervensi aktivitas manusia, yang cenderung merusak, mengubah, menghabiskan, mencemari dan memusnahkan, maka pada hakikatnya kehidupan manusia pun belum sepenuhnya merdeka. Bukan warisan kerusakan yang kita tinggalkan, namun warisan berupa usaha keras, belajar dari pengalaman, dan cara pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam, serta tata ruang yang baik dan berimbang.
Maka di abad ini, di mana teknologi informasi telah menjadi basis kehidupan manusia menggantikan era industri, kita juga dituntut untuk menjadikan abad ini sebagai abad pelestarian lingkungan. Di abad ini pula manusia dengan segala kepandaiannya diharapkan semakin bersahabat dengan alam, yaitu dengan memanfaatkan alam hayati dengan cara yang makin beragam, cerdas, namun aman dan berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhannya. Di abad ini pula, perencanaan kawasan akan menjadi pemandu utama mengelola kebutuhan akan ruang untuk mewadahi aktivitas manusia di bumi yang makin sempit dan sesak oleh padatnya penduduk dan aktivitasnya.
Seperti analogi bangunan pondasi suatu bangsa, sektor pertanian dan energi haruslah yang paling besar volumenya dan kokoh untuk menopang aktivitas dan peri kehidupan di atasnya, serta menjaga kebugaran bangsa. Perhatian, strategi, usaha penelitian dan pengembangan, sistem distribusi, kebijakan termasuk subsidi dan proteksi, ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian dan energi. Kemajuan semua usaha untuk mandiri dalam pemenuhan produksi pertanian dan energi, akan selalu berbanding lurus dengan tingkat kelestarian dan cara pengelolaan lingkungan hidup suatu negara.
Selama kita tidak mampu berswasembada pangan dan energi serta tergantung pada pasokan luar, kita akan kerepotan dalam memenuhi kebutuhan dasar kita. Kita selalu luput untuk memfokuskan diri pada kemajuan di bidang lain yang mendasar. Yaitu pengembangan manusia-manusia supaya cerdas, bersusila, berkarakter, mampu bersaing dan tangguh. Hal itu dapat dicapai dengan pendidikan yang menyeluruh dan bermartabat. Vaclav Havel pernah berkata, “Kita tidak boleh menghemat investasi di bidang pendidikan dan kebudayaan.” Di sinilah hakikat memerdekakan manusia yang telah merdeka yang hidup dalam rangkulan bumi pertiwi yang jauh lebih dulu merdeka. Memerdekakan manusia dari kebodohan, ketidaksadaran, ketidakmampuan, kemalasan, perasaan rendah diri, dan berbagai ketertinggalan lainnya yang bermanifestasi pada kemiskinan lahir batin. Maka manusia yang telah merdeka sepenuhnya akan menjadi partner bumi dalam menjalankan keberlangsungan kehidupan secara timbal balik yang saling memperkuat dan memerdekakan.
Kerendahan hati menuntun pada kekuatan, bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri. (John Mccloy)
Terima kasih sudah mengunjungi halaman ini. Silakan membuka posting artikel lain di blog ini (silakan klik posting lama, halaman muka atau posting baru di bawah tulisan ini) untuk menjelajahi wilayah lain Nusantara, menyelami pemikiran dan mengenali permasalahan, supaya kita menjadi bagian dari solusi bagi bangsa ini.
Komentar
Posting Komentar