Jelajah Kawasan Pantai Kuta, Bali / Discovering Kuta Beach Area, Bali
gambar foto kondisi lalu lintas di kawasan Kuta, Badung,
picture of traffic condition in
gambar foto suasana Pantai Kuta saat menjelang matahari tenggelam
picture of sunset in
gambar foto satelit kawasan Kuta, Badung,
aerial view picture of
(klik gambar untuk memperbesar / click picture to enlarge)
TULISAN BERBAHASA INDONESIA DI BAWAH TULISAN BERBAHASA INGGRIS
Kuta Area Needs Some Rescuing Steps to become more Humanistic and Environment Friendly
Administravely, Kuta is not as a part of city governance, but it is a part of a regency governance of Badung. As same as the other regencies in Indonesia, the lowest administrative function is the village. Or in Bali called as the “banjar”.
But, although administratively Kuta area is a part of the banjar, people activities in this area are similar like people activities in the cities as well. Because this area is not depending on farming or agricultural sector again. Now this area is depending on tourism sector and it’s supporting activities and facilities. So, the village’s landscape condition is not dominant by ricefields or other farming fields anymore, but have already became fields of buildings to serve tourism activities, mostly like hotels, markets and stores, offices and restaurants.
The aerial view picture of Kuta area above shows that this area is full with buildings. The area exposed in that picture is between Melasti Street in the north and Singosari Street in the south, with about two kilometers length. And also between Kuta Beach in the west and Tukad Mati (Mati River) in the east, with about one and a half kilometers wide.Centers of busiest tourism activities are spread in Kuta Beach, Jalan Pantai Kuta (Kuta Beach Street), and Jalan Raya Kuta (Kuta main street). Which have a lot of stores and shops. And also in Legian Street where have a lot of night clubs and restaurants. Hotels and other accommodation facilities spread almost in all parts of this area. These tourism facilities are standing next by the local residences, public service facilities, like government offices, schools and local praying places (Hindu temples).
As one of tourism center in Bali with international reputation, Kuta area needs to be rearranged again with some revitalization steps. Kuta area needs to be rebuild as accessible and humanistic city area. As we known as well, foreign tourists usually walk to the place where not far away. But in Kuta, the pedestrian ways are not accessible and capable for the pedestrians to walk on. That actual condition caused overlapping between transportation modes and pedestrians on the streets.
For example is Pantai Kuta Street along the shopping stores. The street on this part is very narrow, enough to fill by two cars width only. And the pedestrian ways have about one meter wide only. The vegetations are rare too, so not enough to make cooler air and protect from hot tropical sun shine. This situation makes people do not have motivate or attracted to walk on pedestrian ways along the streets.
Previously, the streets in Kuta area are the village’s streets. So, there are some alternatives to rebuild the circulation paths in this area, especially for the pedestrian ways. First alternative is to make the pedestrian ways wider, similar with two meters width in both sides of the street. So people can walk accessibly and comfortably from two directions. Second alternative is to shut several streets in this area from pollutable vehicles, and make priority for the pedestrians to walk freely and bicycles. Third alternative is a little bit more extreme is to take a few meters of building’s street level floor in both sides of the streets, to remake as a pedestrian arcades. This formation is adopting Malioboro Street, Yogyakarta, Java.
Those revitalization steps must be synergized with vegetation plantation along the street, make water absorber area, and drainages system to reduce flood risk in the rainy weather. To make Kuta area become more humanistic and environment friendly are hope of all of us.
Perlu Langkah Penyelamatan Kawasan Kuta
Berwawasan Lingkungan
Namun, walaupun Kuta secara administratif berupa Banjar, aktivitas kehidupan penduduknya sudah mengkota. Dalam arti tidak lagi mengandalkan sektor pertanian sebagaimana sebuah desa, namun mengandalkan sektor pariwisata dan jasa sebagai pendukung kegiatan pariwisata. Kondisi wilayahnya tidak lagi didominasi lahan sawah ataupun lahan budi daya pertanian lainnya, namun sudah berubah wujud oleh padatnya berbagai bangunan yang mewadahi dan mendukung kegiatan kepariwisataan, seperti hotel, pusat perbelanjaan, perkantoran dan restoran.
Dalam gambar foto udara yang disertakan di atas (sumber www.maplandia.com), terlihat bahwa kawasan Kuta yang diekspos dalam gambar sudah sangat padat oleh bangunan. Kawasan yang terekspos dalam gambar meliputi kawasan antara Jalan Melasti di sebelah utara dengan Jalan Singosari di sebelah selatan, sepanjang sekitar dua kilometer. Kemudian antara pantai Kuta di sebelah barat dengan Tukad (sungai) Mati di sebelah timur, sepanjang sekitar satu setengah kilometer. Pusat-pusat keramaian pariwisata antara lain terdapat di sepanjang Pantai Kuta, Jalan Pantai Kuta dan Jalan Raya Kuta yang banyak terdapat pertokoan dan pusat perbelanjaan, dan Jalan Legian yang terdapat banyak restoran dan pusat hiburan malam. Sedangkan fasilitas hotel dan tempat penginapan lainnya tersebar merata hampir di seluruh kawasan ini. Semua fasilitas pariwisata itu saling berdampingan dengan pemukiman warga, serta fasilitas kemasyarakatan setempat, seperti kantor pemerintah, sekolah dan tempat ibadah, walaupun tidak selalu tertata dan terpadu serasi.
Sebagai kawasan pusat pariwisata Bali dengan reputasi internasional, Kuta perlu ditata lagi dengan penataan yang lebih cermat dan tegas.
Kawasan perkotaan yang manusiawi, untuk mewadahi pejalan kaki. Wisatawan mancanegara sebenarnya sudah lekat dengan budaya berjalan kaki untuk menuju tempat yang tidak terlalu jauh. Namun jalur sirkulasinya kurang layak mewadahi pejalan kaki, sehingga sering terjadi tumpang tindih dengan moda transportasi.
Contohnya jalan Pantai Kuta di sepanjang pusat perbelanjaannya. Pada ruas itu, lebar jalan cukup sempit, hanya cukup untuk dua mobil pribadi berpapasan. Namun bukan itu masalah sebenarnya. Masalah sebenarnya adalah jalur pejalan kaki (trotoar) sangat sempit, hanya berkisar satu meter saja, dengan bangunan yang terlalu mepet dengan trotoar. Hanya di beberapa tempat saja yang agak longgar karena bangunannya agak mundur dari badan trotoar. Selain itu juga kurangnya pohon peneduh pada jalur pejalan kaki yang menyebabkan semakin kurang berminatnya orang untuk berjalan kaki di jalan itu pada siang hari.
Padahal sebagian besar wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali telah lekat dengan budaya berjalan kaki di negara asal mereka. Dan menjadi mudah dipahami jika kebiasaan baik ini mereka bawa ketika berwisata ke Indonesia, sampai batas toleransi tertentu.
Sebenarnya jalan-jalan di kawasan Kuta sebelumnya adalah jalan desa yang difungsikan untuk mewadahi pergerakan masyarakat selingkup desa itu saja. Namun seiring bertambah banyaknya orang yang beraktivitas dan beragama aktivitas yang dilakukan, maka perlu penataan dan perancangan ulang ruang jalan tersebut.
Melebarkan jalur pedestrian sampai minimal dua meter pada kedua sisi jalan, sehingga bisa mewadahi orang yang berjalan kaki dan berhenti sekaligus. Alternatif pertama dengan menyempitkan jalur kendaraan untuk memenuhi kebutuhan ruang yang layak bagi pejalan kaki. Alternatif kedua dengan mempertahankan ruang sirkulasi kendaraan sekaligus memenuhi kebutuhan ruang pejalan kaki dengan memundurkan bangunan secukupnya.
Dengan demikian diharapkan suatu saat nanti kawasan Kuta sebagai kawasan yang ramah lingkungan dan manusiawi akan terwujudkan.
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Mahatma Gandhi)
silakan memberi komentar untuk tulisan ini / please give a comment about the topic above
Komentar
Posting Komentar