Jelajah Bengawan Solo


gambar foto satelit kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo bagian hulu , wilayah Surakarta, Jawa Tengah, dan Madiun, Jawa Timur.

(klik gambar untuk memperbesar / click picture to enlarge)



gambar foto satelit kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo bagian hilir, wilayah Cepu, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik, Jawa Timur.

(klik gambar untuk memperbesar / click picture to enlarge)



Banjir Bengawan Solo Desember 2007 – Januari 2008


Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa dengan panjang sekitar 600 km. Hulu terjauh berada di Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dan Pacitan, Jawa Timur. Sedangkan muaranya berada di Laut Jawa yang masuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Daerah hulu utama sebagai pemasok air terbesar bagi sungai ini berada di wilayah pegunungan bagian tengah dan selatan Pulau Jawa, yaitu Gunung Merbabu (3142 m dpl), Merapi (2950 m dpl), Pegunungan Sewu (atau disebut juga Pegunungan Kidul, dengan ketinggian bervariasi, dengan titik tertinggi mencapai sekitar 1100 m dpl), Lawu (3265 m dpl), dan Wilis (2563 m dpl). Titik terjauh hulu sungai Bengawan Solo di Pegunungan Sewu hanya berjarak kurang dari 20 km dari pantai selatan Jawa di Samudra Hindia.

Dari mata air di lereng-lereng pegunungan tinggi itu, kemudian mengalir ke lembah-lembah yang landai. Ada dua lembah utama yang dialiri Bengawan Solo dengan anak-anak sungainya. Pertama adalah lembah Solo yang dialiri aliran utama Bengawan Solo. Titik ketinggian tanah di Kota Solo sekitar 90 m dpl. Lembah Solo berada diantara Gunung Merapi-Merbabu di sebelah barat dan Gunung Lawu di sebelah timurnya. Kedua adalah Lembah Madiun yang dialiri aliran anak sungai utama Bengawan Solo, yaitu sungai Bengawan Madiun. Titik ketinggian tanah di Kota Madiun sekitar 60 m dpl. Lembah Madiun berada diantara Gunung Lawu di sebelah barat, dan Gunung Wilis di sebelah timurnya.

Dengan aliran air yang menuruni alur lereng pegunungan yang curam menuju lembah, menyebabkan aliran air menjadi deras dan cepat. Apalagi pada musim hujan. Misalnya air hujan di Gunung Lawu di ketinggian 3000 m dpl, dengan cepat mengalir turun menuju lembah dengan hanya berketinggian 90 m dpl di kota Solo. Air dari lereng gunung hanya menyelusuri jarak sekitar 40 km menuju aliran sungai utama pada lembah terendah di kota Solo. Maka dengan kemiringan ekstrim itu, tingkat erosi sangat tinggi, dan resiko tanah longsor semakin besar. Seperti tanah yang terjadi di Kabupaten Karang Anyar dan Wonogiri yang menjadi hulu utama Bengawan Solo, telah menelan puluhan korban jiwa.

Aliran utama Bengawan Solo dari Lembah Solo, akan bertemu dengan aliran anak sungai utamanya dari Lembah Madiun, yaitu Bengawan Madiun di kota Ngawi yang berketinggian sekitar 40 m dpl. Jarak dari kota Ngawi ke kota Madiun sekitar 30 km (ukuran jalan raya). Sedangkan dari Ngawi ke Solo sekitar 85 km (ukuran jalan raya). Kemudian menembus Pegunungan Kapur Kendeng menuju dataran landai Cepu, Kabupaten Blora (+/- 28 m dpl), Bojonegoro ( +/- 15 m dpl), kemudian Babat, Kabupaten Lamongan (+/- 10 m dpl) dan akhirnya bermuara di pantai utara Gresik.

Bengawan Solo sebagian besar mengalir di dataran rendah yang landai , maka resiko bencana banjir menjadi sangat tinggi. Bahkan beberapa wilayah di hilir Bengawan Solo menjadi langganan banjir setiap tahun. Seperti yang terjadi pada akhir Desember 2007 sampai Januari 2008, banjir menelan puluhan korban jiwa, puluhan ribu jiwa harus mengungsi, dan menggenangi ratusan ribu rumah penduduk dan ribuan hektar lahan pertanian produktif.

Banjir diawali pada 26 Desember 2007, yang terlebih dulu menggenangi lembah-lembah yang paling dekat dengan wilayah hulu. Yaitu Sukoharjo, Klaten, Kota Solo, Karang Anyar dan Sragen di aliran utama Bengawan Solo. Kemudian terjadi bersamaan dengan banjir di Ponorogo, Kab/Kota Madiun, dan Magetan di aliran Bengawan Madiun. Banjir di kedua lembah ini kemudian bertemu di Ngawi sebagi tempat pertemuan aliran utama Bengawan Solo dengan anak sungai utama Bengawan Madiun. Aliran air banjir ini harus “antri” memasuki badan sungai yang sempit dengan dilingkupi dinding-dinding curam menembus Pegunungan Kapur Kendeng di sebelah utara Ngawi, menuju dataran landai yang lebih rendah di Cepu dan Bojonegoro. Diperlukan waktu lama supaya menyurutkan banjir di Ngawi. Maka Ngawi menjadi daerah terparah akibat banjir tahun ini, karena air menggenang sampai satu minggu dengan ketinggian mencapai 3 meter, bahkan di beberapa desa yang dekat dengan badan sungai mencapai 5 meter.

Setelah berhasil menembus Pegunungan Kapur Kendeng itu, luapan banjir kemudian menyebar sejajar dengan alur badan sungai utama. Walaupun penduduk di Cepu, Bojonegoro, Lamongan, Tuban, dan Gresik sudah bersiap menghadapi giliran banjir, karena sudah mengetahui berita terjadinya banjir di wilayah hulu, mereka tetap tak bisa mengelak dari dampak dan kerugian yang harus ditanggung.

Dengan letak strategis Bengawan Solo yang seolah membelah Pulau Jawa dari selatan hingga ke utara, maka juga membawa dampak terhalangnya hubungan transportasi antara bagian barat dengan timur Jawa. Akibat banjir besar Bengawan Solo, jalur utama lalu lintas darat, baik lalu lintas kendaraan bermotor dan kereta api sempat lumpuh. Itu terjadi di jalur utama tengah Surabaya - Solo yang terputus karena tergenang banjir di Sragen sampai Ngawi. kemudian jalur utama utara Surabaya - Semarang, yang tergenang banjir di Bojonegoro sampai Lamongan.

Mengapa Bengawan Solo Banjir ?

Pada gambar foto udara yang disertakan, terlihat tutupan hutan di wilayah DAS Bengawan Solo sangat sedikit. Tutupan hutan hanya tersisa di sekitar puncak gunung, dan puncak-puncak pegunungan dan perbukitan. Sedangkan sebagian lain menampakkan warna coklat, bahkan keputihan, menunjukkan wilayah itu gersang dan tandus akibat berbagai sebab. Namun sebab terutama adalah penggundulan hutan yang tak terkendali (akibat kemiskinan sebagai dampak krisis ekonomi yang diakibatkan kebijakan pemerintah yang salah kaprah). Pengalihan fungsi lahan yang serampangan, dari wilayah hutan dan perkebunan tanaman menahun menjadi lahan pertanian semusim, serta pengalihan fungsi dari lahan pertanian menjadi pemukiman, industri dan fasilitas pariwisata. Selain itu juga akibat pembiaran lahan tidur yang tidak dibangunkan atau dimanfaatkan menjadi hutan, perkebunan, ataupun pertanian oleh pemeintah maupun masayarakat.

Ini memang hal yang klasik. Namun jika hal ini dibiarkan, maka kita sedang menuju bencana yang lebih besar dan sedang menjalani proses pemiskinan masyarakat. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, karena wilayah DAS Bengawan Solo ini menjadi tumpuan harapan sekitar 10 juta orang yang tinggal di situ, serta jutaan orang yang tergantung secara tidak langsung dari proses ekonomi, dan sosial budaya yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah DAS itu.





Jangan takut untuk mengambil satu langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda takkan bisa meloncati sebuah jurang dengan dua lompatan kecil. David Lloyd George


Komentar

  1. mase lebih baik kalau mase mencantumkan sumber petanya,sumber tulisannya, jadi kita bisa tau sumber mase tu dari mana gak cuma asal nulis. Nah yg kayak gitu baru sangat membantu. kalau seperti ini cuma membantu pemikiran aja, kadang, kita sebagai mahasiswa menginginkan suatu sumber yg valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dg adanya blog yg disertai sumber orisinilnya, plg tidak, kami akan sangat terbantu mendapatkan artikel penelitian. Makasih :)

    BalasHapus

Posting Komentar

contact us on whatsapp

contact us on whatsapp

follow our social media

Postingan Populer