Jelajah Solo : Kawasan Puro Mangkunegaran
foto satelit kawasan Puro Mangkunegaran, Solo
klik gambar untuk memperbesar
1. Kompleks istana Puro Mangkunegaran
2. Masjid Besar Mangkunegaran
3. Pasar Legi
4. Jalan Slamet Riyadi
5. Kali Pepe
Puro Mangkunegaran adalah salah satu dari dua istana di kota Solo. Jawa Tengah. Jaraknya hanya sekitar dua kilometer dari Kraton Surakarta. Seperti halnya istana lain di Jawa, Puro Mangkunegaran juga termasyhur dengan produk seni budayanya, mulai seni tari, musik, drama, batik, sampai sastra. Beberapa tahun terakhir menyelenggarakan perhelatan Mangkunegaran Performing Arts yang selain untuk tujuan pelestarian, juga untuk penyegaran seniman muda dan promosi pariwisata budaya.
Puro Mangkunegaran adalah pusat pemerintahan dari Praja (jawa : projo) Mangkunegaran yang merupakan pecahan dari Kerajan Surakarta Hadiningrat, yang bersama Yogyakarta Hadiningrat sebelumnya merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Jawa. Praja Mangkunegaran secara politik setingkat dengan kerajaan, namun pemimpinnya hanya berhak bergelar setingkat Pangeran. Oleh karena itu, istananya pun disebut puro, bukan kraton (tentang sejarahnya lihat www.wikipedia.com).
Keberadaan istana Puro Mangkunegaran di kota Solo sangat berpengaruh terhadap tata ruang kota secara keseluruhan, terutama pengembangan kota ke arah utara.
Istana ini kurang lebih berada 300 meter di sebelah utara sumbu utama kota Solo yaitu Jalan Slamet Riyadi yang merupakan garis imajiner penghubung gunung Merapi-Merbabu di barat dengan gunung Lawu di timur. Seperti halnya istana-istana di Jawa, arah orientasi Puro Mangkunegaran adalah berpatokan pada sumbu utara-selatan. Bangunan menghadap ke selatan dengan pendopo utama yang merupakan bangunan terbesar terletak di bagian terdepan (paling selatan) dari gugusan bangunan utama. Kemudian di belakangnya adalah bangunan yang bersifat lebih privat, tempat tinggal keluarga besar istana. Di depan kompleks terdapat tanah lapang yang luas, yang semula difungsikan sebagai semacam alun-alun. Namun tanah lapang itu sekarang menjadi ruang negatif yang kurang termanfaatkan sebagai ruang publik, karena kurang tertata dan terkesan terlantar. Saat ini Mangkunegaran dipimpin oleh KGPAA Mangkunegoro IX.
Kompleks istana ini dikelilingi oleh jalan yang menghubungkan ke berbagai arah, dengan pola memusat (radial), sebagai penegasan pola tata ruang pusat pemerintahan. Di sebelah utara terdapat aliran sungai (kali) Pepe, yang merupakan batas alam kompleks istana. Sebenarnya ada empat pintu gerbang utama istana, namun saat ini hanya tiga yang bisa dilalui (selatan barat dan timur). Bangunan-bangunan penting di sekitar Puro Mangkunegaran antara lain Masjid Besar Mangkunegaran yang terletak di sebelah barat, hanya dipisahkan oleh Jalan Kartini. Kemudian terdapat Pasar Legi yang sekarang difungsikan sebagai pasar induk kota Solo, terletak sekitar 300 meter di sebalah utara istana, di seberang kali Pepe. Letak pasar Legi yang berada di utara istana Mangkunegaran ini, sama dengan letak Pasar Gedhe yang terletak di utara Kraton Surakarta, dan Pasar Beringharjo di sebelah utara Kraton Yogyakarta.
Saat ini di sekeliling istana Mangkunegaran, selain masih didominasi pemukiman penduduk yang cukup padat, juga terdapat bangunan untuk fungi perkantoran, perdagangan (kios, toko, pasar kerajinan dan cenderamata Tri Windu), pariwisata (hotel & penginapan), dan pendidikan (sekolah).
Puro Mangkunegaran beserta kekayaan budayanya adalah aset kota Solo dan aset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dikembangkan, supaya menjadi salah satu pusat referensi bagi sejarah, seni budaya, dan arsitektur yang tak ada habisnya.
Suasana jalan sekeliling istana Puro Mangkunegaran
Pendopo & gerbang utama dari selatan
a
Kondisi halaman depan istana
Komentar
Posting Komentar