Menciptakan Tata Dunia yang Damai
“ Human’s life do believe to be cared and loved.
Human’s life is a part of nature. Life is a nature’s life that lies in every human’s soul.
Honours to human’s life that caused bay love that borned and gave by love itself.
Life have a nature that destinied to protect itself sustainly. Life is a great gift, so that must be took and defended.
Family is a right place to thankful to the gifted life, also as a place to defend life in the front of all threats that will take and kill the life.
From family does, human being can build – for the time – the culture of life and to protect and to defend it from the culture of death that always threats.
A man who love his life, will given by fertility, not only reproductive (sexuality) fertility, but also kindness, positive thinking, best serving, strong character, nice personality, and above all that is unlimited love to all of human kind and natural life. That will bring him to wealthness, happiness and peace.
Fertility not stand up by itself only, but fertility will exist if we love and protect the sustain of life.
Fertility is life itself, so that will be die and dry by itself, if we not improve it with love to the weak, and powerless ones, including children and the poors.
Fertility must be enlarged by hard work.
Life can hold fertility by itself. That’s the mystery of life. Brave to live in it’s mystery, it means believe to the power of life.” (Taken from Javanese culture, local Indonesians high human’s values, by Sindhunata, Wayang Brayut Exhb, Bentara Budaya Yogyakarta)
Kita bersama-sama melihat dan merasakan bahwa keadaan dunia semakin memburuk hampir di segala bidang kehidupan. Dan kita sangat berprihatin atas penderitaan umat manusia umumnya di seluruh dunia. Di sisi lain, dunia tumbuh dengan sangat dinamis. Segala daya, kerja, usaha, pemikiran, gagasan, ilmu pengetahuan dan teknologi didedikasikan bagi kesejahteraan umat manusia, baik lahir maupun batin.
Akan tetapi kehidupan, keadilan dan perdamaian dunia terancam oleh pengkotak-kotakan sempit-sesaat, fanatisme buta, rasisme, radikalisme, dan sikap tertutup yang antidialog. Juga terancam oleh sikap, pola pikir dan pola perilaku yang tidak memberikan tempat dan kesempatan tumbuh bagi kemanusiaan, toleransi, dan cinta kasih. Ini terjadi karena perbedaan pandangan yang tajam antara pihak-pihak yang bertentangan. Sebenarnya perbedaan ini bisa dipertemukan dalam tradisi dialog atau musyawarah yang sebenarnya adalah sifat dasar setiap manusia. Langkah-langkah dialog yang terbuka dan penuh ketulusan sesungguhnya dapat membangun saling pengertian antara satu dengan yang lain. Pertikaian karena perbedaan pandangan yang tajam ini membawa banyak korban, baik korban jiwa, harta, sistem yang telah terbangun baik, masa depan suatu masyarakat, pekerjaan, potensi, kesempatan dan harapan yang sirna. Pertentangan tajam ini membawa pada penindasan satu sama lain yang cenderung untuk menjadi pertikaian yang berkelanjutan.
Bencana alam yang hebat juga menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian material juga. Baik bencana alam yang terjadi akibat mekanisme alami bumi, seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus; maupun bencana alam yang timbul akibat kesalahan manusia mengelola alam, seperti banjir, tanah longsor, dan lumpur panas yang sekarang terjadi di Jawa Timur. Akan tetapi pertikaian antarmanusia yang berkelanjutan, berpotensi menimbulkan korban jiwa dan kerugian material secara berkelanjutan pula, seperti yang sekarang terjadi di Irak, Palestina, Pakistan, Myanmar dan Sudan. Dan pertikaian ini dapat menimbulkan jumlah korban dan kerugian yang lebih besar dan waktu perusakan yang lebih panjang dibandingkan akibat dari bencana alam.
Perbedaan-perbedaan budaya dan sistem di dunia, bagaimana pun juga tidak seharusnya dipertajam. Juga tidak dapat dijadikan alasan yang seolah sah untuk melakukan aksi serangan fisik satu kepada yang lain, serta untuk memaksakan kehendak dan kekuatan yang mengancam dan melecehkan pihak lain. Bahkan walaupun dimaksudkan untuk mengenyahkan budaya dan sistem yang salah dan merugikan kehidupan manusia. Karena bagaimana pun, keburukan jika dilawan dengan cara yang buruk tidak akan menyelesaikan masalah, namun akan membuat keadaan menjadi semakin buruk.
Banyak orang di dunia, baik secara perseorangan maupun bersama, mengambil bagian menjadi alat perusak yang melestarikan sistem yang rusak pula. Mereka berpikir dan mempercayai bahwa setiap perubahan, kreatifitas, gagasan penemuan, dan pembaharuan kepada keadaan dan masa depan yang lebih baik sebagai ancaman yang berbahaya. Banyak manusia yang tumbuh secara dan di dalam suasana lingkungan yang tidak mantap, tidak aman, tidak mendewasakan dan tidak membebaskan. Banyak pula manusia yang dilahirkan tanpa konsep, dan tujuan yang jelas; tumbuh dalam keadaan kurang perawatan dan kasih sayang yang layak. Mereka hidup di dalam lingkungan dengan sistem dan pola pikir yang tidak mantap, tidak dewasa secara berkelanjutan. Hal inilah yang membuat kemiskinan dan kesengsaraan yang berkelanjutan.
Dunia ini juga dihuni oleh bangsa-bangsa yang sudah merasa cukup, puas, dan berhenti di dalam proses yang sebenarnya sama sekali belum selesai. Masalah satu bangsa, sebenarnya adalah miniatur permasalahan dunia. Dapat memperbaiki dan menyelesaikan permasalahan satu bangsa, sampai ke tingkat perseorangan, berarti dapat pula memperbaiki dan menyelesaikan masalah umat manusia di seluruh dunia. Karena kembali lagi, dunia ini tumbuh sangat dinamis, termasuk dalam rangka membuat , membangun dan melaksanakan sistem yang beradab.
Nilai-nilai budaya timur berpesan bahwa hubungan persahabatan antarbangsa sebenarnya setara dengan hubungan persahabatan dan persaudaraan yang terbangun antarmanusia. Persahabatan dan persaudaraan sejati tidak memberikan kesenangan dan kenikmatan seketika, tetapi memberikan tantangan untuk dijajal, memberikan jalan pikiran yang benar, dan tujuan hidup yang sesuai, memberikan nilai-nilai hidup yang luhur dan mendalam. Ini semua membutuhkan kerja keras untuk menyadari dan menerapkannya. Sahabat sejati menunjukkan potensi, kemampuan, kekuatan, kesalahan dan kelemahan kita berdasarkan kebenaran. Maka ini memberikan kita tantangan untuk memperbaiki kesalahan dan memperkuat diri. Persahabatan sejati tidak memanfaatkan, menguasai, memperbudak dan menghisap satu sama lain, sehingga membuat pihak lain untung di atas kerugian pihak lain. Inilah paradigma yang harus diubah dalam percaturan hubungan antarbangsa.
Salah satu pihak di dunia menguasai hampir semua aspek dan kebutuhan hidup. Pihak ini pada umumnya pada kondisi yang makmur dan tertata baik. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pihak secara sadar ataupun tidak, juga mempraktekkan imperialisme gaya baru kepada pihak yang lemah dan melarat manusianya namun kaya sumber alamnya. Selain mendominasi dalam bidang ekonomi, politik dan kemiliteran, pihak ini juga mendominasi aspek penyebaran informasi. Dengan ini, mereka dapat menguasai pendapat dan pemikiran umum menurut patokan dan selera mereka. Metode penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara tidak adil dan tidak beradab, akan membawa dampak besar bagi percaturan politik, perkembangan budaya dan pola pikir umum.
Informasi yang disebarkan oleh pihak yang mendominasi menjadi cepat populer dan meluas, serta menjadi penafsiran tunggal atas kejadian apa pun yang sedang dan akan terjadi di dunia. Dunia ini sepertinya memakai pola pikir hutan rimba, dimana yang terkuat, tercepat dan terbesarlah yang menang dan menguasai. Informasi yang disebarkan oleh pihak yang lemah, menjadi tidak populer, bahkan dipersalahkan, walaupun memberikan pandangan yang sebenar-benarnya secara obyektif.
Maka nilai-nilai luhur demokrasi disalahgunakan untuk menekan, mengusir, mengenyahkan, bahkan membunuh pihak lain yang punya cara pandang yang tidak sama dengan pihak yang mendominasi. Padahal pihak yang mendominasi tidak dapat menjamin kebenaran atas tindakan mereka sendiri. Sesungguhnya, demokrasi juga memberikan jalan yang adil dan bermartabat untuk membangun dan melestarikan kebenaran.
Memang ada nilai-nilai budaya setempat yang memberikan dampak buruk bagi usaha peningkatan nilai martabat manusia yang seyogyanya dihilangkan dari praktek hidup keseharian secara adil, pantas dan penuh kesadaran manusiawi. Nilai-nilai dari luar yang universal dan setara secara prinsip dengan nilai setempat, dapat diterapkan, dengan terlebih dulu disesuaikan dengan budaya setempat. Nilai-nilai luar yang dipaksakan, yang pada akhirnya melenyapkan nilai setempat, akan membawa seseorang atau kelompok sosial pada keterasingan, kepalsuan, rendah diri, ketertutupan dan kehilangan semangat dan tujuan hidup. Juga membawa ketidakmantapan jiwa dan ketidakdewasaan perilaku. Tidak mempunyai kebanggaan diri yang sehat yang berdasar pada kesadaran atas martabat dan jati diri. Inilah yang menjebak manusia menjadi pengekor dan fanatisme buta yang membawa pada radikalisme dan ekstrimisme.
Akan tetapi memaksakan penafsiran tunggal dan membuta atas demokrasi yang belum tentu benar, akan membawa kepada konflik yng berkepanjangan yang sedang terjadi sampai sekarang. Inilah yang mengkhianati nilai-nilai luhur demokrasi itu sendiri. Dan akan melestarikan anarki, kekacauan, kerusakan dan puncaknya mengancam perdamaian universal manusia. Kebenaran adalah dari, oleh dan untuk kebenaran itu sendiri. Tidak dikendalikan oleh keputusan, perkiraan, ramalan, selera dan penafsiran tunggal dari satu pihak saja.
Banyak orang yang tidak mempunyai pegangan nilai yang berdasar pada kesadaran diri, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk meraih dan mengatur harkat, martabat dan derajat sebagai manusia seutuhnya. Mempunyai pemikiran bahwa di mana pun, kapan pun, bagaimana pun cara dan tahapan, dan apa pun yang dilakukan dan direncanakan dalam hidup seseorang, adalah hal yang positif, benar dan utuh, sebagai bentuk kehidupan yang terbaik seseorang di dunia ini. Sikap ini juga mencakup sikap penerimaan diri yang agung, termasuk menerima keadaan diri, keluarga, kehidupan sosial, ekonomi, kesukuan, kebangsaan, negara, budaya, dan cara hidup, sebagai ciri khas yang unik dari setiap orang. Oleh karena itu sangat menghormati hak dan hidup orang atau pihak lain. Sehingga mencegah munculnya sikap rendah diri maupun keangkuhan, anggapan bahwa diri inilah yang paling salah maupun benar, serta hasrat untuk memaksakan kehendak dan kekuatan kepada yang lain. Dari kesadaran inilah, maka seseorang akan memberikan yang terbaik, mengusahakan sebanyak yang dimampukannya kepada kehidupan ini. Kemudian akan ditumbuhkan dan dikembangkan dalam jalinan dengan orang lain menuju kesejahteraan dan perdamaian bersama.
Tidak mempunyai sikap seperti ini, akan membawa seseorang pada tujuan utopis seperti yang dijanjikan oleh nilai-nilai luar yang tidak dibumikan dan ditafsirkan ulang sesuai nilai kearifan budaya dan keadaan setempat. Tujuan utopis ini jauh untuk diraih dan sulit diwujudkan. Nilai-nilai luar yang sangat angkuh karena menonjolkan kebenarannya sendiri dan tidak mau berdialog terbuka terhadap nilai lokal; yang sangat egois dan menjadi alasan mendominasi dan membatasi hak-hak pihak yang dianggap tidak punya kebenaran selain dirinya. Banyak orang yang akan dimanipulasi dan direkayasa oleh keadaan yang diciptakan oleh pihak yang menguasai menjadi pemuas, pengikut, pengkhianat, tidak punya rasa bertanggung jawab dan kepekaan.
Jadi inilah yang mengkondisikan iklim yang gersang bagi lahirnya kreatifitas, penemuan, kemauan baik, kejujuran, persaudaraan dan kedewasaan. Akhirnya, sekali lagi, tiada lagi perkembangan dan kemajuan.
Tindakan yang positif, sosok teladan, kehormatan, martabat, keberanian, keluhuran budi, cinta kasih dan kerja keras yang berdasar pada kebenaran dan nilai luhur manusia, akan menggerakkan banyak orang tanpa disuruh untuk melakukan yang terbaik. Maka inilah sebenarnya yang akan membawa perdamaian, kehidupan dan masa depan yang lebih baik.
Demokrasi adalah nilai universal yang sangat terbuka dan luwes. Tapi program-program untuk menerapkan nilai dan sistem demokrasi harus terlebih dulu disesuaikan dengan nilai dan kearifan setempat. Karena banyak nilai kearifan lokal yang ternyata sesuai dengan kebenaran dan nilai luhur kehidupan manusia yang universal.
Kejadian konflik dan bencana yang terjadi pada setiap negara di dunia dapat menjadi contoh perwujudan perdamaian, toleransi antarsuku dan agama serta pandangan, penanganan bencana, perbaikan ekonomi, peningkatan kualitas hidup dan character building. Banyak negara yang punya sejarah panjang di masa lalu yang langsung berdampak pada pola pikir dan perilaku, budaya, cara hidup, pola perencanaan, dan karakter individu setempat.
Tulisan ini sebagai bentuk keprihatinan atas apa yang terjadi di dunia dewasa ini. Dapatlah menjadi bahan bermawas diri atas apa yang telah kita lakukan supaya menjadi dasar untuk menciptakan kehidupan yang damai dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga dunia.
(Susetyo Basuki [email: basuki_design@yahoo.com ])
Human’s life is a part of nature. Life is a nature’s life that lies in every human’s soul.
Honours to human’s life that caused bay love that borned and gave by love itself.
Life have a nature that destinied to protect itself sustainly. Life is a great gift, so that must be took and defended.
Family is a right place to thankful to the gifted life, also as a place to defend life in the front of all threats that will take and kill the life.
From family does, human being can build – for the time – the culture of life and to protect and to defend it from the culture of death that always threats.
A man who love his life, will given by fertility, not only reproductive (sexuality) fertility, but also kindness, positive thinking, best serving, strong character, nice personality, and above all that is unlimited love to all of human kind and natural life. That will bring him to wealthness, happiness and peace.
Fertility not stand up by itself only, but fertility will exist if we love and protect the sustain of life.
Fertility is life itself, so that will be die and dry by itself, if we not improve it with love to the weak, and powerless ones, including children and the poors.
Fertility must be enlarged by hard work.
Life can hold fertility by itself. That’s the mystery of life. Brave to live in it’s mystery, it means believe to the power of life.” (Taken from Javanese culture, local Indonesians high human’s values, by Sindhunata, Wayang Brayut Exhb, Bentara Budaya Yogyakarta)
Kita bersama-sama melihat dan merasakan bahwa keadaan dunia semakin memburuk hampir di segala bidang kehidupan. Dan kita sangat berprihatin atas penderitaan umat manusia umumnya di seluruh dunia. Di sisi lain, dunia tumbuh dengan sangat dinamis. Segala daya, kerja, usaha, pemikiran, gagasan, ilmu pengetahuan dan teknologi didedikasikan bagi kesejahteraan umat manusia, baik lahir maupun batin.
Akan tetapi kehidupan, keadilan dan perdamaian dunia terancam oleh pengkotak-kotakan sempit-sesaat, fanatisme buta, rasisme, radikalisme, dan sikap tertutup yang antidialog. Juga terancam oleh sikap, pola pikir dan pola perilaku yang tidak memberikan tempat dan kesempatan tumbuh bagi kemanusiaan, toleransi, dan cinta kasih. Ini terjadi karena perbedaan pandangan yang tajam antara pihak-pihak yang bertentangan. Sebenarnya perbedaan ini bisa dipertemukan dalam tradisi dialog atau musyawarah yang sebenarnya adalah sifat dasar setiap manusia. Langkah-langkah dialog yang terbuka dan penuh ketulusan sesungguhnya dapat membangun saling pengertian antara satu dengan yang lain. Pertikaian karena perbedaan pandangan yang tajam ini membawa banyak korban, baik korban jiwa, harta, sistem yang telah terbangun baik, masa depan suatu masyarakat, pekerjaan, potensi, kesempatan dan harapan yang sirna. Pertentangan tajam ini membawa pada penindasan satu sama lain yang cenderung untuk menjadi pertikaian yang berkelanjutan.
Bencana alam yang hebat juga menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian material juga. Baik bencana alam yang terjadi akibat mekanisme alami bumi, seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus; maupun bencana alam yang timbul akibat kesalahan manusia mengelola alam, seperti banjir, tanah longsor, dan lumpur panas yang sekarang terjadi di Jawa Timur. Akan tetapi pertikaian antarmanusia yang berkelanjutan, berpotensi menimbulkan korban jiwa dan kerugian material secara berkelanjutan pula, seperti yang sekarang terjadi di Irak, Palestina, Pakistan, Myanmar dan Sudan. Dan pertikaian ini dapat menimbulkan jumlah korban dan kerugian yang lebih besar dan waktu perusakan yang lebih panjang dibandingkan akibat dari bencana alam.
Perbedaan-perbedaan budaya dan sistem di dunia, bagaimana pun juga tidak seharusnya dipertajam. Juga tidak dapat dijadikan alasan yang seolah sah untuk melakukan aksi serangan fisik satu kepada yang lain, serta untuk memaksakan kehendak dan kekuatan yang mengancam dan melecehkan pihak lain. Bahkan walaupun dimaksudkan untuk mengenyahkan budaya dan sistem yang salah dan merugikan kehidupan manusia. Karena bagaimana pun, keburukan jika dilawan dengan cara yang buruk tidak akan menyelesaikan masalah, namun akan membuat keadaan menjadi semakin buruk.
Banyak orang di dunia, baik secara perseorangan maupun bersama, mengambil bagian menjadi alat perusak yang melestarikan sistem yang rusak pula. Mereka berpikir dan mempercayai bahwa setiap perubahan, kreatifitas, gagasan penemuan, dan pembaharuan kepada keadaan dan masa depan yang lebih baik sebagai ancaman yang berbahaya. Banyak manusia yang tumbuh secara dan di dalam suasana lingkungan yang tidak mantap, tidak aman, tidak mendewasakan dan tidak membebaskan. Banyak pula manusia yang dilahirkan tanpa konsep, dan tujuan yang jelas; tumbuh dalam keadaan kurang perawatan dan kasih sayang yang layak. Mereka hidup di dalam lingkungan dengan sistem dan pola pikir yang tidak mantap, tidak dewasa secara berkelanjutan. Hal inilah yang membuat kemiskinan dan kesengsaraan yang berkelanjutan.
Dunia ini juga dihuni oleh bangsa-bangsa yang sudah merasa cukup, puas, dan berhenti di dalam proses yang sebenarnya sama sekali belum selesai. Masalah satu bangsa, sebenarnya adalah miniatur permasalahan dunia. Dapat memperbaiki dan menyelesaikan permasalahan satu bangsa, sampai ke tingkat perseorangan, berarti dapat pula memperbaiki dan menyelesaikan masalah umat manusia di seluruh dunia. Karena kembali lagi, dunia ini tumbuh sangat dinamis, termasuk dalam rangka membuat , membangun dan melaksanakan sistem yang beradab.
Nilai-nilai budaya timur berpesan bahwa hubungan persahabatan antarbangsa sebenarnya setara dengan hubungan persahabatan dan persaudaraan yang terbangun antarmanusia. Persahabatan dan persaudaraan sejati tidak memberikan kesenangan dan kenikmatan seketika, tetapi memberikan tantangan untuk dijajal, memberikan jalan pikiran yang benar, dan tujuan hidup yang sesuai, memberikan nilai-nilai hidup yang luhur dan mendalam. Ini semua membutuhkan kerja keras untuk menyadari dan menerapkannya. Sahabat sejati menunjukkan potensi, kemampuan, kekuatan, kesalahan dan kelemahan kita berdasarkan kebenaran. Maka ini memberikan kita tantangan untuk memperbaiki kesalahan dan memperkuat diri. Persahabatan sejati tidak memanfaatkan, menguasai, memperbudak dan menghisap satu sama lain, sehingga membuat pihak lain untung di atas kerugian pihak lain. Inilah paradigma yang harus diubah dalam percaturan hubungan antarbangsa.
Salah satu pihak di dunia menguasai hampir semua aspek dan kebutuhan hidup. Pihak ini pada umumnya pada kondisi yang makmur dan tertata baik. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pihak secara sadar ataupun tidak, juga mempraktekkan imperialisme gaya baru kepada pihak yang lemah dan melarat manusianya namun kaya sumber alamnya. Selain mendominasi dalam bidang ekonomi, politik dan kemiliteran, pihak ini juga mendominasi aspek penyebaran informasi. Dengan ini, mereka dapat menguasai pendapat dan pemikiran umum menurut patokan dan selera mereka. Metode penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara tidak adil dan tidak beradab, akan membawa dampak besar bagi percaturan politik, perkembangan budaya dan pola pikir umum.
Informasi yang disebarkan oleh pihak yang mendominasi menjadi cepat populer dan meluas, serta menjadi penafsiran tunggal atas kejadian apa pun yang sedang dan akan terjadi di dunia. Dunia ini sepertinya memakai pola pikir hutan rimba, dimana yang terkuat, tercepat dan terbesarlah yang menang dan menguasai. Informasi yang disebarkan oleh pihak yang lemah, menjadi tidak populer, bahkan dipersalahkan, walaupun memberikan pandangan yang sebenar-benarnya secara obyektif.
Maka nilai-nilai luhur demokrasi disalahgunakan untuk menekan, mengusir, mengenyahkan, bahkan membunuh pihak lain yang punya cara pandang yang tidak sama dengan pihak yang mendominasi. Padahal pihak yang mendominasi tidak dapat menjamin kebenaran atas tindakan mereka sendiri. Sesungguhnya, demokrasi juga memberikan jalan yang adil dan bermartabat untuk membangun dan melestarikan kebenaran.
Memang ada nilai-nilai budaya setempat yang memberikan dampak buruk bagi usaha peningkatan nilai martabat manusia yang seyogyanya dihilangkan dari praktek hidup keseharian secara adil, pantas dan penuh kesadaran manusiawi. Nilai-nilai dari luar yang universal dan setara secara prinsip dengan nilai setempat, dapat diterapkan, dengan terlebih dulu disesuaikan dengan budaya setempat. Nilai-nilai luar yang dipaksakan, yang pada akhirnya melenyapkan nilai setempat, akan membawa seseorang atau kelompok sosial pada keterasingan, kepalsuan, rendah diri, ketertutupan dan kehilangan semangat dan tujuan hidup. Juga membawa ketidakmantapan jiwa dan ketidakdewasaan perilaku. Tidak mempunyai kebanggaan diri yang sehat yang berdasar pada kesadaran atas martabat dan jati diri. Inilah yang menjebak manusia menjadi pengekor dan fanatisme buta yang membawa pada radikalisme dan ekstrimisme.
Akan tetapi memaksakan penafsiran tunggal dan membuta atas demokrasi yang belum tentu benar, akan membawa kepada konflik yng berkepanjangan yang sedang terjadi sampai sekarang. Inilah yang mengkhianati nilai-nilai luhur demokrasi itu sendiri. Dan akan melestarikan anarki, kekacauan, kerusakan dan puncaknya mengancam perdamaian universal manusia. Kebenaran adalah dari, oleh dan untuk kebenaran itu sendiri. Tidak dikendalikan oleh keputusan, perkiraan, ramalan, selera dan penafsiran tunggal dari satu pihak saja.
Banyak orang yang tidak mempunyai pegangan nilai yang berdasar pada kesadaran diri, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk meraih dan mengatur harkat, martabat dan derajat sebagai manusia seutuhnya. Mempunyai pemikiran bahwa di mana pun, kapan pun, bagaimana pun cara dan tahapan, dan apa pun yang dilakukan dan direncanakan dalam hidup seseorang, adalah hal yang positif, benar dan utuh, sebagai bentuk kehidupan yang terbaik seseorang di dunia ini. Sikap ini juga mencakup sikap penerimaan diri yang agung, termasuk menerima keadaan diri, keluarga, kehidupan sosial, ekonomi, kesukuan, kebangsaan, negara, budaya, dan cara hidup, sebagai ciri khas yang unik dari setiap orang. Oleh karena itu sangat menghormati hak dan hidup orang atau pihak lain. Sehingga mencegah munculnya sikap rendah diri maupun keangkuhan, anggapan bahwa diri inilah yang paling salah maupun benar, serta hasrat untuk memaksakan kehendak dan kekuatan kepada yang lain. Dari kesadaran inilah, maka seseorang akan memberikan yang terbaik, mengusahakan sebanyak yang dimampukannya kepada kehidupan ini. Kemudian akan ditumbuhkan dan dikembangkan dalam jalinan dengan orang lain menuju kesejahteraan dan perdamaian bersama.
Tidak mempunyai sikap seperti ini, akan membawa seseorang pada tujuan utopis seperti yang dijanjikan oleh nilai-nilai luar yang tidak dibumikan dan ditafsirkan ulang sesuai nilai kearifan budaya dan keadaan setempat. Tujuan utopis ini jauh untuk diraih dan sulit diwujudkan. Nilai-nilai luar yang sangat angkuh karena menonjolkan kebenarannya sendiri dan tidak mau berdialog terbuka terhadap nilai lokal; yang sangat egois dan menjadi alasan mendominasi dan membatasi hak-hak pihak yang dianggap tidak punya kebenaran selain dirinya. Banyak orang yang akan dimanipulasi dan direkayasa oleh keadaan yang diciptakan oleh pihak yang menguasai menjadi pemuas, pengikut, pengkhianat, tidak punya rasa bertanggung jawab dan kepekaan.
Jadi inilah yang mengkondisikan iklim yang gersang bagi lahirnya kreatifitas, penemuan, kemauan baik, kejujuran, persaudaraan dan kedewasaan. Akhirnya, sekali lagi, tiada lagi perkembangan dan kemajuan.
Tindakan yang positif, sosok teladan, kehormatan, martabat, keberanian, keluhuran budi, cinta kasih dan kerja keras yang berdasar pada kebenaran dan nilai luhur manusia, akan menggerakkan banyak orang tanpa disuruh untuk melakukan yang terbaik. Maka inilah sebenarnya yang akan membawa perdamaian, kehidupan dan masa depan yang lebih baik.
Demokrasi adalah nilai universal yang sangat terbuka dan luwes. Tapi program-program untuk menerapkan nilai dan sistem demokrasi harus terlebih dulu disesuaikan dengan nilai dan kearifan setempat. Karena banyak nilai kearifan lokal yang ternyata sesuai dengan kebenaran dan nilai luhur kehidupan manusia yang universal.
Kejadian konflik dan bencana yang terjadi pada setiap negara di dunia dapat menjadi contoh perwujudan perdamaian, toleransi antarsuku dan agama serta pandangan, penanganan bencana, perbaikan ekonomi, peningkatan kualitas hidup dan character building. Banyak negara yang punya sejarah panjang di masa lalu yang langsung berdampak pada pola pikir dan perilaku, budaya, cara hidup, pola perencanaan, dan karakter individu setempat.
Tulisan ini sebagai bentuk keprihatinan atas apa yang terjadi di dunia dewasa ini. Dapatlah menjadi bahan bermawas diri atas apa yang telah kita lakukan supaya menjadi dasar untuk menciptakan kehidupan yang damai dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga dunia.
(Susetyo Basuki [email: basuki_design@yahoo.com ])
Kita datang ke dunia ini sendiri, dan sendiri pula kita meninggalkannya. Di antara pintu masuk dan pintu keluar, kita menghabiskan waktu kita untuk mencari persahabatan. (E.M. Dooling)
Komentar
Posting Komentar